Saturday, August 1, 2015
Surat dari Amerika: Inilah Asal Muasal Kemenangan Kaum LGBT
Assalamualaikum
Hai. perkenalkan saya adalah warga negara Indonesia yang beruntung bisa mengecap bagaimana rasanya kerja di luar negeri. Saya tinggal dan bekerja di Ohio State - Columbus City, USA.
Dari pengalaman tinggal di Negeri yang katanya ZupeL FoweL ini, saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa, hati saya merasa terpanggil untuk menulis hal-hal yang sedang "in" akhir-akhir ini, yang lebih saya utamakan dalam penulisan kali ini adalah strategi politik dan kehidupan di negara ini (membandingkan dengan negara kita yang tercinta).
Semua pasti tau akhir-akhir ini pernikahan sesama jenis telah legal di amerika, semua tau dong ya, tapi semua belum tentu tau bagaimana prosesnya bisa mencapai kesana.
Di tempat saya kerja malah ada dua orang yang menganut paham ini, maka saya pun kepo terhadap ini masalah. Saya termasuk orang yang sangat tidak setuju terhadap pernikahan ini, apalagi kalau sampai terjadi di negara kita yang amat sangat-sangat saya cintai.
Usut punya usut, setelah saya selidiki pelan-pelan, tanya-tanya ke orang-orang Amerika nya, mereka juga sebagian tidak suka pernikahan sesama jenis ini, meskipun tidak sedikit pula yang mendukung.
Mereka para kaum "LGBT" (lesbian, gay, bisexual and transgender) telah memulainya dari minimal 20 tahun yang lalu. 20 tahun yang lalu orang Amerika juga anti dengan yang namanya "LGBT". Namun para penganut kaum ini perlahan mulai bangkit.
Pertama mereka membuat diri mereka merasa terjajah, terhina, terdiskriminasi, lalu mereka terlihat seolah-olah minta dikasihani, dan orang-orang yang mengasihani pun ternyata terperangkap meskipun mereka bukan bagian dari kaum itu, lalu orang-orang yang mengasihani ini pun menyemangati mereka, menyuruh mereka tegar dan pada akhirnya menyuruh mereka berbangga diri (pride) menjadi kaum itu.
Itulah asal mulai nya dari Pride Festival (silahkan gooling dan lihat gambar-gambarnya), dimana tidak hanya kaum dari "LGBT" saja yang turut merayakan disitu, tapi jg orang-orang normal yang jalan fikiran nya sudah terasuki oleh hal-hal yang melenceng. Apa coba maksudnya merangkul orang-orang yang jelas-jelas mereka membuat sebuah "KESALAHAN"?
"Manusia ini tempat salah dan khilaf", kata-kata ini mungkin tidak berarti apa-apa bagi yang belum benar-benar meresap di dalam fikiran dan sanubarinya.
Namun ini benar, manusia terkadang lupa akan sejarah, 1800 tahun sebelum masehi itu ada, ada bangsa bernama SODOM yang tinggal di utara laut mati. Mereka ini di kutuk (curse) oleh tuhan akibat perbuatan mereka yang menyalahi kodrat manusia tersebut, entah bagaimana dikutuknya yang jelas kita tidak tau, namun itu tertulis di kitab-kitab suci umat manusia sepanjang sejarah, seperti di Alquran surat Al-A'raaf 80-84 menjelaskan tentang Nabi Luth dan bangsa sodom, sedangkan di Bibble di jelaskan di Kejadian 19:5-9, berkisah tentang Lot.
Akankah kita akan mengulangi kesalahan umat manusia yang sama?
Kebetulan ketika saya sedang menulis ini, teman saya yang penganut "LGBT" ada di seberang saya, dan setiap saya berada di dekat dia, saya merasa geli. aahaha...
Saya jadi teringat pada teman kuliah saya dahulu, saya di berkuliah di IPB dimana jurusan saya termasuk jurusan yang sangar terhadap mahasiswanya, terutama perlakuan senior-senior terhadap junior, mereka mendidik dengan keras, maklum orang lapang. Namun, saya punya teman yang agak kewanita-wanitaan, dan yang saya sayangkan adalah teman-teman saya yang cewek malah mengajak untuk ke arah yang kewanita-wanitaan. Disini letak permasalahan nya, jadi seandainya dia benar-benar ikut terjerumus kedalam "LGBT" maka kita ikut menanggung dosa nya.
Akhir kata, saya menuliskan semua ini agar bangsa kita Indonesia tidak terjebak di lumpur busuk yang sama. Aamiin. Di tulisan selanjutnya, saya akan menceritakan kisah-kisah yang mungkin menarik atau mungkin tidak. Saya selalu pantau web piyungan meski jauh dari negara tercinta. Titip salam sama semua yg ada disana. Selamat berpuasa semuanya.
Wassalam
*kiriman email yang diterima redaksi Piyungan Online pagi ini, Rabu (1/7/2015)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment