Sejumlah perang, konflik bersenjata dan kerusuhan pada tahun 2050 bisa meningkat setengah karena pemanasan global, menurut sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Science.
"Saat ini, ada beberapa hipotesis untuk menjelaskan hubungan antara iklim dan konflik. Misalnya, perubahan iklim mempengaruhi situasi ekonomi, terutama di negara-negara berbasis pertanian, dan orang-orang semakin mengangkat senjata dengan penurunan kondisi ekonomi, mungkin sebagian dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri"- kata salah satu penulis studi Solomon Hsiang dari Universitas Princeton (AS).
Untuk analisis mereka, para ilmuwan memilih 60 studi tentang hubungan antara iklim dan konflik. Mereka menganggap konflik individu (perkelahian, pembunuhan, perkosaan), dan bentrokan antara kelompok-kelompok politik (perang saudara, kerusuhan, konflik etnis dan invasi), serta kasus-kasus perubahan mendadak dan signifikan dari rezim atau menghilangnya seluruh peradaban.
Penelitian mencakup periode dari 10 milenium SM sampai saat ini, dan semua wilayah geografis utama di dunia. Karena variasi suhu alami di berbagai daerah bervariasi, para peneliti menghitung standar deviasi, memungkinkan untuk membandingkan variasi suhu dan curah hujan di daerah yang berbeda.
Akibat peningkatan suhu brutal diberbagai negara seperti Afrika dan Amerika Serikat dapat meningkatkan kemungkinan konflik interpersonal 4%, dan kelompok sebesar 14%.
Para ilmuwan memprediksi bahwa pada tahun 2050 tingkat prediksi pemanasan global yang paling "panas" bisa terjadi di berbagai negara dan pemicu konflik antarkelompok bisa naik lebih dari 50%, kecuali generasi berikutnya mampu beradaptasi dengan perubahan suhu yang lebih baik daripada nenek moyang mereka.
Untuk analisis mereka, para ilmuwan memilih 60 studi tentang hubungan antara iklim dan konflik. Mereka menganggap konflik individu (perkelahian, pembunuhan, perkosaan), dan bentrokan antara kelompok-kelompok politik (perang saudara, kerusuhan, konflik etnis dan invasi), serta kasus-kasus perubahan mendadak dan signifikan dari rezim atau menghilangnya seluruh peradaban.
Penelitian mencakup periode dari 10 milenium SM sampai saat ini, dan semua wilayah geografis utama di dunia. Karena variasi suhu alami di berbagai daerah bervariasi, para peneliti menghitung standar deviasi, memungkinkan untuk membandingkan variasi suhu dan curah hujan di daerah yang berbeda.
Akibat peningkatan suhu brutal diberbagai negara seperti Afrika dan Amerika Serikat dapat meningkatkan kemungkinan konflik interpersonal 4%, dan kelompok sebesar 14%.
Para ilmuwan memprediksi bahwa pada tahun 2050 tingkat prediksi pemanasan global yang paling "panas" bisa terjadi di berbagai negara dan pemicu konflik antarkelompok bisa naik lebih dari 50%, kecuali generasi berikutnya mampu beradaptasi dengan perubahan suhu yang lebih baik daripada nenek moyang mereka.
No comments:
Post a Comment